Budaya di negeri ini akrab dengan istilah pesugihan atau ilmu
mendapatkan harta kekayaan secara cepat tanpa perlu kerja keras.
Pesugihan memiliki banyak keragaman, seperti, pesugihan rantai babi,
tuyul, babi ngepet, kandang bubrah, butho ijo, batara karang, Gunung
Kemukus (ritual seks pesugihan)dan lain-lain.
Semua pesugihan tersebut berkaitan dengan sosok jin yang dimintai bantuan untuk mengabulkan hajat menjadi kaya.
Pesugihan
tidak mudah dikerjakan. Meskipun segala persyaratan telah dipenuhi,
kenyataannya tetap gagal menjadi kaya.Uniknya, masyarakat di negeri ini
terlanjur akrab dengan pesugihan. Sehingga apabila mengalamiu kegagalan
akan berupaya terus memburu pesugihan di tempat lain.
Apa
sebenarnya yang menyebabkan ritual pesugihan gagal? Berikut petikan
bincang-bincang saya dengan Teguh Setya Budi, pria berjanggut putih yang
menetap di Kranggan Bekasi.
Analisis
“Saya pernah menganalisa kegagalan ritual pesugihan,” Katanya.
“Sebenarnya
tidak semua orang yang menjalani pesugihan mengalami kegagalan. Ada
diantaranya yang berhasil. Tingkat keberhasilannya pun berbeda-beda. Ada
yang berhasil 30 persen hingga 90 persen. Ada juga yang gagal total
alias rugi modal,” kata Teguh memulai pembicaraan.
“Tetapi harus
pula diketahui, mereka yang berhasil pun berpeluang mengalami kehancuran
di kemudian hari jika syarat yang sudah ditetapkan tidak dipenuhi,”
lanjutnya.
Menurutnya, pesugihan itu kontrak seumur hidup.
Biasanya ada syarat-syarat yang ditetapkan jika berhasil. Misalnya,
tumbal dan sesajen tertentu. Apabila berhasil, syarat tersebut harus
dipenuhi seumur hidup. Jika ditinggalkan atau terlupa dapat terkena
akibatnya yang berujung kematian dan kekayaannya ludes seketika.
Perbincangan seputar ritual pesugihan yang gagal tergolong unik.
Tempat
pesugihan cukup banyak di negeri ini. Misalnya di Bandung, Ciamis,
Tasikmalaya, Sadang (Cikampek), Cirebon, Cilacap, Ambarawa, Wonosobo,
Grabagan, Parakan, Batang, Karanganyar (Solo), Lasem, Banyuwangi,
Trenggalek, Jombang, Palembang, Jambi dan di Pulau Kalong (NTT).
Faktor Kegagalan
Teguh
mengungkapkan, terdapat 2 syarat yang berkaitan dengan ritual
pesugihan, yaitu: syarat yang harus dipenuhi sebelum ritual (berkaitan
dengan sesajen dan jenis minyak tertentu) dan syarat yang harus dipenuhi
pada saat ritual (berkaitan dengan mantera dan teknik ritual). Apabila
syarat pertama dan kedua gagal dipenuhi, maka dapat dipastikan ritual
akan gagal.
Adapun penyebab kegagalan menjalani ritual pesugihan
cukup banyak. Namun, secara garis besar ada 5 faktor, yaitu: salah
waktu, salah sesajen, salah bahasa, salah teknik, dan salah tempat.
“Sepintas
memang tampak sederhana faktor kesalahan tersebut. Kenyataannya sangat
sulit,” Kilahnya sambil tertawa. Menurutnya, sebuah tempat pesugihan
memiliki aturan-aturan baku (patrap, bhs.Jawa) yang sudah turun temurun.
Jika dilanggar sedikit saja, dapat dipastikan ritual gagal total.
Dia
memberi contoh seputar faktor salah waktu. Dalam tradisi ritual
pesugihan, waktu memegang peranan penting. Istilah waktu ini berkaitan
dengan hari, weton dan jam ritual. Misalkan, hari Selasa-Kliwon,
Sabtu-Pahing atau Jumat-Pon. Ada keterikatan kuat antara hari dalam
penanggalan Nasional dengan hari dalam penanggalan Jawa.
Begitupula
dalam hal jam. Ritual pada Selasa-Kliwon menandakan ritual tersebut
dilaksanakan pada hari Senin sore dan bukan pada hari Selasa sore. Lima
faktor kesalahan tersebut jika dijabarkan sangat luas. Misalkan, salah
sesajen berkaitan dengan sesajen (ubo rampe) yang biasa dilakukan di
tempat pesugihan tersebut.
Salah bahasa berkaitan dengan
mantera-mantera yang dibaca, nama jin yang dipanggil dan permintaan dari
orang yang menjalani ritual. Salah teknik berkaitan dengan salah duduk
dan salah arah.
Salah tempat berkaitan dengan kesalahan menentukan lokasi yang tepat.
Resiko
Teguh
mengatakan bahwa mencari kekayaan melalui pesugihan memiliki resiko
tinggi. Terutama jika dalam proses ritual terjadi kontak dengan sosok
gaib yang dituju. Pelaku ritual bisa sakit atau mengalami peristiwa yang
dapat merenggut nyawanya. Misalnya, dia pernah mendengar cerita orang
yang usai menjalani ritual pesugihan, dalam perjalanan pulang, kendaraan
yang ditumpangi nyaris tabrakan. Kejadian itu selalu terulang setiap
kali selesai menjalani ritual pesugihan.
Bahkan pernah dalam
suatu peristiwa, makhluk gaib yang dipanggil tidak sesuai dengan yang
diinginkan dan yang datang makhluk gaib lain yang malah menyerang acara
prosesi ritual hingga yang hadir lari tunggang langgang.
“Saya
menyarankan untuk tidak coba-coba mengikuti ritual pesugihan.
Keuntungannya hanya sessat. Dus, bukan keuntungan yang di dapatkan,
melainkan bencana seumur hidup,” katanya.
Pesugihan merupakan perbuatan batil yang wajib ditinggalkan.