Pengalaman ini tak akan pernah hilang dari ingatan Agus Wandi (25),
seorang satpam yang bekerja di kantor sebuah perusahaan swasta di Kota
Pontianak. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, sesosok
kuntilanak melayang sambil menyeret peti mati dengan rantai.
"Waktu itu, sekitar jam 4 subuh, saya bersama lima
teman nongkrong di jembatan Simpang Benteng di Kota Mempawah," ujar
Agus kepada Tribun, Minggu (12/9/10).
Agus kelahiran Kota Mempawah, ibu kota Kabupaten Pontianak, sekitar 67
kilometer dari Kota Pontianak. Sekitar 1,5 tahun lalu, dia masih
tinggal di Mempawah dan belum bekerja sebagai satpam.
Dia dan teman-temannya sering nongkrong di jembatan yang terletak di
daerah yang biasa disebut Simpang Benteng. Meski namanya Simpang
Benteng, tutur Agus, tapi daerah itu bukanlah persimpangan. Memang,
sekitar 50 meter dari tempat itu, dijumpai persimpangan tiga, yang satu
di antaranya merupakan akses menuju Kota Singkawang.
Di areal yang diyakini angker dan ada penunggunya itu, berdiri sebuah
jembatan besi untuk melintasi anak sungai yang memotong, disebut
Jembatan Benteng. Nah, di situlah ada belokan mematah yang sangat tajam
menuju ke kanan, jika ditempuh dari arah Kota Pontianak.
Meski letaknya sudah di Kota Mempawah, areal itu gelap di malam hari.
Kala itu, ujar Agus, di sekitar Simpang Benteng, ada tiga buah rumah
toko (ruko) di kiri jalan. Kemudian di sebelah kanannya, ada sebuah
rumah penduduk.
"Agak sepi, karena pemukiman penduduk agak ke arah dalam. Lagi pula
sekitar beberapa puluh meter dari jembatan itu, ada kuburan," kata dia.
Malam itu, seingat Agus, merupakan malam Jumat. Dia dan lima temannya
nongkrong di Jembatan Benteng, menemani seorang rekannya yang berjualan
bensin eceran di pinggir jembatan itu.
"Kalau malam sering pengendara melintas, dan kadang-kadang mereka beli bensin juga," ujar Agus.
Menjelang pukul 04.00, dia dan lima temannya melihat sesosok putih
melintasi tempat itu. Agus yakin, dia tidak salah lihat. Sosok itu
persis gambaran kuntilanak yang sering diceritakan orang- orang.
"Pakaiannya putih, rambutnya panjang hingga kaki. Saya dan kelima teman
melihat sejelas- jelasnya dalam jarak sekitar 10 meter," ucap Agus,
yang mengaku masih merinding jika mengingatnya.
Sosok kuntilanak itu melintas dengan cara melayang. Dia tampak menyerat
peti mati dengan rantai. Tanpa suara, karena dalam penglihatan mereka,
sosok kuntilanak dan peti mati itu seperti melayang.
"Kami segera lari menjauh menuju ruko yang ada di situ. Kuntilanak itu
melayang ke arah kuburan. Setelah hilang dari pandangan kami, bensin
eceran jualan teman saya segera dikemas, dan kami kabur naik sepeda
motor, pulang," tutur Agus.
Sebelumnya, Agus mengaku pernah diceritakan oleh para orangtua, kalau
Simpang Benteng itu angker dan ada penunggunya. Dia pun pernah
mendengar cerita, sering muncul kuntilanak menyeret peti, pertanda akan
ada korban jiwa esok harinya.
"Ini benar terjadi, besoknya sekitar pukul 10 pagi, saya dengar ada
pengendara sepeda motor yang kecelakaan dan meninggal seketika di
Jembatan Benteng. Saya dan teman-teman sampai tiga pekan tak berani
muncul ke situ," ucap Agus.
Menurut catatan Tribun Pontianak, daerah tersebut memang rawan
kecelakaan. Meski dalam tahun ini tidak terjadi korban jiwa, tapi
kecelakaan kecil nyaris terjadi tiap pekan. Jalan dengan belokan
mematah yang cukup tajam, dan lagi ruas itu merupakan lintasan akses
dari Kota Pontianak menuju Singkawang, dan sebaliknya.