Di
kalangan pelaku spritual, ada teknik khusus untuk mengais rupiah di
tengah kuburan. Caranya, dengan berjualan sate gagak kepada arwah
gentayangan. Konon, penghuni makam di lereng Gunung Bugel, Rembang
pernah membeli sate gagak sampai Rp. 30 juta dalam semalam.
Untuk
menjadi pedagang sate bagi arwah gentayang, yang diperlukan adalah
burung gagak hitam yang masih hidup, minyak Arrohman, serta kemenyan.
Dan syarat mutlak yang harus dipenuhi adalah keberanian untuk bertemu
dengan para lelembut dari berbagai rupa.
Pada tengah malam yang
telah ditentukan, burung gagak harus dibawa ke makam yang akan dijadikan
lahan berdagang. Sesampainya di tempat yang dituju, baca doa-doa khusus
untuk membuka alam gaib, sambil membakar kemenyan. Tunggu sampai gagak
yang dibawa berkoak-koak.
Ketika burung itu berbunyi, pada saat
itulah momen yang paling tepat untuk menyembelih burung gagak itu.
Bersihkan bulu-bulu yang menghiasi tubuhnya, lalu olesi dengan minyak
Arrahman. Kemudian potong daging burung sesuai degan ukuran yang
dikehendaki. Bakarlah daging itu layaknya sate biasa.
Pada saat
bersamaan, para pembeli sate akan berdatangan. Mereka adalah arwah
gentayangan dengan wujud yang beraneka rupa. Ada yang kakinya patah atau
remuk, wajahnya rusak dengan darah yang mengalir deras, atau kakinya
tinggal sebelah karena kaki yang lain terlepas. Pendeknya, wujud mereka
sangat menakutkan dengan bau anyir darah yang mrenyengat.
Mereka
berdatangan untuk merebut sate gagak yang dijual. Berapa pun harganya
mereka akan membeli sate yang dijual itu. Kabarnya, seorang pedagang
sate gagak di sebuah makam di lereng Gunung Bugel, Rembang pernah
mengantongi uang sebanyak Rp. 30 juta.
Ia berdagang dengan
bantuan seorang paranormal yang mengetahui seluk-beluk perdagangan sate
gagak. Syarat utama untuk meraup rezeki gaib itu adalah keberanian.
Pasalnya, paranormal yang akan menjual sate itu dan Anda yang bertugas
menerima uang dari para arwah. Tentunya, Anda pun harus berhadapan
dengan arwah-arwah itu yang wajahnya amat menyeramkan.
Hidup Sudah Menjadi Takdir, Tapi Nasib Bisa Dirubah